Penggunaan QFD(Quality Function Development) Pada Pengembangan Produk Bihun Jagung
Penggunaan
QFD(Quality Function Development) Pada Pengembangan Produk Bihun Jagung
Pendahuluan
Jumlah
penduduk Indonesia yang sudah menembus angka 250 juta jiwa membuat Indonesia
mengalami keadaan rawan pangan. Ketergantungan sebagian besar masyarakat
Indonesia terhadap beras membuat pemerintah dituntut untuk terus menaikkan
produksi beras dan sumber karbohidrat lain sedikit terbengkalai, sehingga
apabila padi mengalami kegagalan panen bahan pangan sumber karbohidrat lain
tidak mampu menggantikan beras.
Salah
satu usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah keadaan ini adalah diversifikasi
pangan dengan cara menambah jenis-jenis makanan pokok selain nasi. Metode ini
dapat mengurangi ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap padi dan menciptakan
pasar baru bagi pengusaha makanan.
Bihun
merupakan mi dengan bentuk yang tipis dan berasal dari Tiongkok.Bihun biasanya
dibuat dari tepung beras, namun sekarang bihun dari sumber karbohidrat lain
mulai dikembangkan, salah satunya bihun yang berbahan dasar jagung.
Keunggulan dari bihun jagung ini
adalah bahan dasarnya yang berlimpah dan mudah ditanam di Indonesia sehingga
memiliki potensi yang besar untuk ikut menggantikan nasi sebagai bahan makanan
pokok. Ukurannya yang tipis juga membuat bihun dapat dijadikan berbagai variasi
makanan, mulai dari dimasak sebagai makanan pokok hingga menjadi isian untuk
berbagai macam snack. Bihun kering pun tahan lama untuk disimpan walaupun dalam
suhu kamar.
Bihun
jagung adalah mi dengan lembaran yang lebih tipis dari mi biasa dan berbahan
dasar sumber karbohidrat selain gandum, dimana pada kasus ini jagung.Bihunpopuler dikalangan masyarakat karena mudah disajikan
di rumah dan dapat diolah menjadi berbagai macam produk.Bihun yang disukai oleh
masyarakat Indonesia adalah bihun dengan rasa yang ringan agar dapat dimakan
dengan porsi yang cukup banyak.Bentuk khas bihun yaitu berupa pilinan panjang dan
tipis sampai batas tertentu dan lenting serta jika direbus bentuknya tidak
hancur.Bihun biasanya berbahan dasar berassehingga bihun berbentuk tipis dan
tidak dapat mengembang sebesar mie.Tetapi karena berbahan dasar selain gandum,
bihun bebas dari glutein sehingga bihun aman dikonsumsi konsumen dengan
penyakit alergi glutein.
Proses Pembuatan
Pembuatan mie
meliputi tahap-tahap pencampuran, pengistirahatan, pembentukan lembaran dan
pemotongan atau pencetakan. Untuk memperoleh produk yang awet dan mudah
dihidangkan (instant) maka setelah pengukusan dilakukan penggorengan.
Pencampuran bertujuan untuk pembentukan gluten dan distribusi bahan-bahan agar
homogen. Sebelum pembentukan lembaran adonan biasanya diistirahatkan untuk
memberi kesempatan penyebaran air dan pembentukan gluten. Pengistirahatan
adonan mie yang lama dari gandum keras akan menurunkan kekerasan mie.
Pembentukan lembaran dengan roll pengepress menyebabkan pembentukan seratserat
gluten yang halus dan ekstensibel.
1. Pencampuran
Adonan
Telur terigu
dicampur dengan air dengan cara pengadukan dengan alat atau pengulenan, tujuannya
untuk menghidrasi tepung dengan air, dan membuat campuran merata dengan baik.
Membuat adonan mie pada prinsipnya untuk membentuk gluten dengan cara
meremas-remas. Untuk mendapatkan adonan yang baik banyak dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya adalah : jumlah air yang ditambahkan waktu dan suhu
pengadukan. Air akan menyebabkan serat-serat glutein mengembang, karena glutein
menyerap air. Dengan peremasan, serat-serat glutein ditarik, disusun berselang
dan terbungkus dalam pati. Dengan demikian terbentuklah adonan yang lunak,
halus serta elastis. Jumlah air yang ditambahkan, tergantung jenis terigunya
biasanya berkisar antara 28 – 38 persen. Lebih dari 38 persen akan menyebabkan
adonan menjadi becek. Sebaliknya bila terlalu sedikit air adonan akan rapuh.
Waktu pengadukan berkisar antara 2 – 10 menit, dengan suhu adonan yang baik
antara 25 – 45 0 C. Jika suhu lebih rendah dari 25 o C adonan menjadi keras,
rapuh dan kasar. Sedangkan jika lebih tinggi dari 45 o C, kegiatan enzim
meningkat dan hal itu akan merangsang perombakan gluten dengan akibat turunnya
densitas mie, sebaliknya akan meningkatkan kelengketan.
2. Pengistirahatan
Adonan
Sebelum adonan dibentuk menjadi lembaran, diperlukan waktu untuk memberi
kesempatan adonan untuk beristirahat sejenak. Tujuannya adalah untuk
menyeragamkan penyebaran air dan mengembangkan gluten, terutama bila pHnya
kurang dari 7.0. Pengistirahatan adonan mie yang lama dari gandum keras akan
menurunkan kekerasan mie setelah direbus.
3. Pembentukan
Lembaran Adonan dan Pemotongan
Dalam proses
pembentukan lembaran, adonan dimasukkan ke dalam rollpress, dengan tujuan untuk
menghaluskan serat-serat gluten. Dalam roll-press seratserat gluten yang tidak
beraturan segera ditarik memanjang dan searah oleh tekanan antara dua roller.
Tekanan roller diatur sedemikian rupa sehingga mula-mula ringan (clearance 4.0
mm) sampai kuat (clearance 1.3 mm), dengan reduksi clearance ratarata sebanyak
15 persen. Pada saat adonan mencapai roller terakhir adonan yang pada awalnya
memiliki ketebalan 1.0 cm dan roll pertama, direntangkan sampai mencapai
lembaran adonan yang sangat tipis (1.0 mm) yang siap untuk mengalami proses
pengirisan memanjang (slitting), sehingga menjadi tali berbentuk senar yang
memiliki lebar 1.0 – 1.5 mm yang kemudian diikuti dengan proses pemotongan,
dengan panjang mie sekitar 50 cm.
4. Membuat
Mie Keriting
Mie mentah
tersebut kemudian dimasukkan ke dalam suatu alat konveyor khusus pembuat mie
berkeriting dengan cara penggunaan kecepatan yang berbeda sebelum dan sesudah
proses pemotongan. Conveyor tersebut melakukan gerak gelombang dengan kecepatan
berbeda-beda.. Dengan membuat mie keriting, senarsenar mie dicegah agar tidak
menjadi lengket satu dengan yang lain, khususnya kelak bila dilakukan proses
pengukusan. Pada akhir dari conveyor bergelombang tersebut tiga buah pisau roda
berputar memotong lapisan mie tersebut.
5. Pengukusan
Mie diangkut oleh
convenyor secara perlahan-lahan melalui terowongan (tunnel) yang penuh dengan
uap air. Mie tersebut berada di dalam terowongan tersebut selama 80 – 90 detik
dengan menggunakan uap dengan tekanan 2.8 kg/cm2 gauge. Setelah dari pengukus
tersebut mie nampak kuning pucat, dan bersifat setengah matang.
6. Pengeringan
dan Pemotongan
Setelah mie
melewati pemasakan awal, mie dikeringkan dengan kipas penguapan dengan tujuan
supaya agak kering, baru kemudian dipotong-potong dengan mesin pemotong, agar
supaya memiliki bobotyang diharapkan. Pada saat-saat tertentu potongan mie
dikontrol, dengan menimbangkan secara manual untuk mengecek beratnya.
7. Penggorengan
Proses
penggorengan dilakukan secara kontinu dan uniform. Penggorengan dilakukan dalam
suatu konveyor. Konveyor penggorengan terdiri dari beberapa seri kantong empat
segi, yang dirancang sedemikian rupa sehingga mampu menerima secara kontinu 4
atau 8 potong mie setiap saat yang kemudian dalam minyak nabati panas. Suhu
minyak dari ujung awal ke ujung akhir dibuat meningkat secara bertahap yaitu
dari suhu 140 0 C dan berakhir pada suhu 160 0 C. Seluruh proses penggorengan
selesai dalam waktu kurang dari 2.0 menit. Dengan teknik penggorengan cepat
tersebut, terjadinya kegosongan dapat dihindarkan. Proses pemanasan dalam
minyak mampu menguapkan air dan mengakibatkan mie instan berstruktur porous.
Nilai dan Kandungan Gizi
Bihun
jagung memiliki kandungan gizi yang tinggi. Produk ini mengandung 365
kilokalori (kkal)untuk setiap 100 gram.Gizi yang dominan dimiliki oleh bihun
jagung adalah karbohidrat sebanyak 80%.Kandungan gizi yang terkandung pada
bihun selain karbohidrat adalah lemak, protein, serat, natrium, dan
betakaroten.Keunggulan bihun jagung dari nilai gizinya adalah telah mengandung
betakaroten tanpa penambahan dari luar. Betakaroten ini dapat berfungsi sebagai
antioksidan yang memperlambat proses oksidasi pada tubuh. Antioksidan ini juga
berfungsi sebagai pewarna alami sehingga bihun jagung bisa berwarna kuning
tanpa perlu penambahan zat pewarna lainnya.
Apabila
dibandingkan dengan bihun dari beras, bihun jagung mengandung kalori yang
sedikit lebih banyak.Bihun jagung juga mengandung serat pangan hingga dua kali
lipat lebih banyak dibandingkan bihun beras.Keunggulan bihun jagung
dibandingkan dengan bihun beras adalah bihun jagung mengandung vitamin A dan
betakaroten.Kedua senyawa ini membuat bihun jagung lebih unggul karena
kandungan nutrisi ini cukup melimpah dalam jagung sehingga bihun jagung
merupakan salah satu makanan pokok yang memiliki vitamin dengan kandungan yang
tinggi.
Segmen Pasar
Sasaran
konsumen yang paling cocok untuk produk ini adalah ibu rumah tangga dan pemilik
restoran atau toko snack.Kedua segmen ini masuk segmen pasar utama karena bihun
jagung dapat dijadikan sebagai pengganti nasi sehingga ibu rumah tangga dapat
memilih produk ini sebagai makanan pengganti disaat kekurangan nasi. Pemilik
restoran atau snack juga termasuk sebagai segmen pasar utama karena bihun
memiliki prospek dalam bidang kuliner serta dapat digunakan sebagai isian
berbagai macam snack. Agar produk ini diminati oleh kedua segmen pasar utama
tersebut, maka ada beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai inovasi produk.
Berikut ini adalah hal-hal yang bisa dikembangkan dari produk
a. Segmen ibu rumah tangga
- Manfaat kesehatan dari bihun
jagung lebih ditonjolkan (contohnya mengandung
vitamin A yang baik untuk kesehatan mata)
- Harga yang lebih ekonomis.
Memperkecil ukuran menjadi untuk 1 porsi pun dapat menarik minat karena lebih
praktis
- Bihun jagung harus dibuat kering
dan kemasannya harus baik agar lebih tahan lama untuk disimpan
- Menyediakan resep di bagian
kemasan agar memberi variasi dalam cara penyajian
b. Segmen pemilik restoran atau
snack
- Menyediakan produk dengan harga
dan ukuran grosir
- Harus tahan lama agar bahan bisa distok dalam gudang dalam
jangka waktu yang lama
QFD Bihun Jagung
Bihun
jagung yang ideal harus memenuhi atribut yang diinginkan baik oleh konsumen
maupun produsen.House of Quality jagung dapat dilihat dilampiran 1. House of
Quality bihun jagung adalah suatu gambar yang menjelaskan mengenai hubungan
antara sifat dan karakteristik produk bihun jagung dengan karakteristik yang
diharapkan oleh konsumen. Hal ini akan mempengaruhi teknik pembuatan yang
dipilih beserta teknisnya, dan mempengaruhi pembuatan keputusan untuk hal-hal
lain seperti harga, ukuran produk, dan lain-lain.
House
of Quality dibagi menjadi enam segmen. Segmen pertama yaitu Demanded Quality, yaitu karakteristik
dari produk yang diharapkan oleh konsumen. Konsumen memiliki preferensi
tertentu untuk karakteristik produk dan preferensi tersebut belum tentu sama
dengan preferensi produsen. Data pada segmen ini bisa didapatkan melalui survey
langsung kepada konsumen seperti wawancara atau mengisi kuesioner. Pada produk
bihun jagung, karakteristik yang konsumen inginkan adalah tahan lama, mudah
disimpan, aman dikonsumsi dalam jangka panjang, kenyal, penampilan menarik,
mudah disajikan, dapat dijadikan makanan utama, bergizi, dan harganya
terjangkau.
Segmen kedua
adalah matriks perencanaan. Segmen ini membahas mengenai tingkat kepentingan
setiap karakteristik yang konsumen inginkan.Tingkat kepentingan ini dibagi
menjadi tingkat kepentingan kebutuhan konsumen, tingkat kepentingan relatif
dari kebutuhan konsumen, dan analisis kompetisi. Hal ini biasanya didapatkan
dari jumlah konsumen yang memprioritaskan karakteristik produk tersebut
berdasarkan jumlah kuesioner. Dalam tugas ini, analisis segmen kedua dilakukan
dengan analisis melalui kebiasaan penduduk Indonesia dalam mengkonsumsi dan
memilih makanan. Skala penilaian yang digunakan adalah nilai dari angka 0
hingga angka 5, dimana semakin besar angkanya maka karakteristik tersebut
semakin dianggap penting oleh konsumen. Berdasarkan analisis perilaku konsumen
Indonesia, tingkat kepentingan yang didapat adalah sebagai berikut :
1.
Tahan lama. Tingkat kepentingan = 4
Daya simpan pada
bihun jagung memiliki nilai kepentingan sebesar 4 atau dinilai penting.Hal ini
karena produk makanan pokok harus bisa disimpan untuk bisa dikonsumsi dalam
jangka waktu yang lama dan harus bisa ditimbun sebagai bahan makanan darurat.
2.
Aman dikonsumi secara terus-menerus. Tingkat
kepentingan = 4
Kemanan bihun
jagung untuk dapat terus dikonsumsi bernilai sebesar 4 atau dinilai penting. Karakteristik
ini dinilai penting karena bihun jagung termasuk produk makanan pokok. Makanan
pokok harus bisa dikonsumsi secara berkelanjutan, sehingga keamanan produk dari
bahan kimia yang menimbulkan penyakit apabila tertimbun dalam tubuh sangat penting.
3.
Mudah disajikan. Tingkat kepentingan = 3
Untuk
karakteristik mudah disajikan, nilai tingkat kepentingan karakteristik ini
memiliki nilai kepentingan sebesar 3. Karakteristik ini tidak terlalu
diprioritaskan, namun tetap penting karena sebagai makanan pokok, mi jagung
harus mudah untuk dimasak agar setiap orang bisa menikmati produk mi jagung
tanpa harus memiliki kemampuan masak yang tinggi.
4.
Harga. Tingkat kepentingan = 4
Karakteristik
harga pada bihun jagung memiliki nilai kepentingan sebesar 4. Harga murah
penting untuk bihun jagung karena harga makanan pokok harus murah dan dapat
dijangkau setiap kalangan masyarakat. Selain itu makanan pokok juga harus bisa
dibeli dalam jumlah banyak karena takaran saji untuk makanan pokok biasanya
dalam jumlah yang cukup banyak.
5.
Bergizi. Tingkat kepentingan = 5
Karakteristik gizi
pada bihun jagung memiliki tingkat kepentingan sebesar 5. Bergizi adalah salah
satu karakteristik terpenting pada makanan pokok, salah satunya bihun
jagung.karena makanan pokok harus memiliki gizi yang cukup untuk memberikan
energi pada konsumen untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Selain itu penting
dalam makanan pokok untuk diperhitungkan takaran sajinya berdasarkan gizi dari
makanan pokok tersebut.
6.
Kenyal. Tingkat kepentingan = 3
Karakteristik
kekenyalan pada bihun jagung memiliki nilai sebesar 3 atau cukup penting. Hal ini karena pada karakteristik yang
berhubungan dengan produk bihun, kekenyalan adalah salah satu sifat sensori
yang penting namun bukan prioritas utama.
7.
Rasa. Tingkat kepentingan = 3
Karakteristik rasa
pada bihun jagung memiliki nilai sebesar 3 atau cukup penting. Konsumen
menginginkan rasa yang enak pada produk bihun jagung agar konsumen dapat lebih
menikmati bihun jagung saat dikonsumsi.
8.
Takaran saji. Tingkat kepentingan = 2
Karakteristik
takaran saji pada bihun jagung memiliki tingkat kepentingan sebesar 2 atau
dinilai kurang penting. Hanya sebagian konsumen yang lebih memilih porsi dalam
ukuran besar. Selain itu apabila ukuran produk dianggap kurang besar, konsumen
bisa memilih sendiri untuk menambahkan porsi dengan mengolah lebih banyak bihun
jagung yang dimiliki konsumen.
9.
Ketersediaan di pasaran. Tingkat kepentingan = 3
Karakteristik
ketersediaan pada bihun jagung memiliki tingkat kepentingan sebesar 3 atau dinilai
penting. Bihun jagung sebagai salah satu makanan yang cocok untuk menjadi makanan
pokok ataupun makanan sampingan harus mampu selalu tersedia di pasaran kapan
saja dan dimana saja agar dapat terus dikonsumsi secara rutin dan
berkelanjutan.
10. Dapat dijadikan makanan pokok, makanan ringan,
dan makanan pendamping atau lauk. Tingkat kepentingan = 2
Karakteristik
kecocokan bihun jagung sebagai makanan pokok memiliki tingkat kepentingan
senilai 2 atau dinilai tidak terlalu penting. Sekalipun bihun jagung dapat
menjadi makanan pokok, nasi tetap menjadi makanan pokok yang tidak dapat
dipisahkan sehingga tidak dapat sepenuhnya menjadi makanan pokok. Selain itu
masyarakat Indonesia cenderung tidak memperhatikan kecocokan bihun sebagai
makanan ringan ataupun sebagai lauk pendamping nasi. Selama resep yang dicoba
cocok dengan lidah, konsumen Indonesia tidak terlalu peduli hal-hal mengenai
kecocokan peran makanan tersebut.
Pada segmen kedua ini selain nilai
kepentingan, hal yang digunakan untuk mengukur tingkat kepentingan adalah beban
relatif. Beban relatif ini adalah presentase dari tingkat kepentingan yang
dimiliki salah satu karakteristik dengan total nilai dari nilai kepentingan karakteristik
secara keseluruhan. Tiap karakteristik memiliki beban relatif masing-masing. contohnya
beban relatif tertinggi adalah karakteristik bergizi dengan nilai 14.7. Hal ini
karena karakteristik bergizi memiliki tingkat kepentingan tertinggi senilai 5. Karakteristik
yang memiliki nilai kepentingan 4 adalah tahan lama, aman dikonsumsi dalam
jangka waktu panjang, harga terjangkau, dan kenyal. Karakter-karakter ini
memiliki nilai beban relatif sebesar 11.8. Karakteristik yang memiliki nilai
beban relatif 8.8 adalah karakteristik mudah disajikan, memiliki rasa yang
hambar atau plain, dan ketersediaan
di pasaran. Tiap karakteristik tersebut memiliki nilai kepentingan sebesar 3. Sementara
beban relatif terendah dimiliki oleh karakteristik takaran saji dan kecocokan
makanan sebagai makanan pokok ataupun makanan sampingan. Kedua karakteristik
ini memiliki nilai beban relativitas senilai 5.9. Nilai ini disebabkan oleh
nilai tingkat kepentingan kedua karakteristik ini yang rendah yaitu senilai 2.
Segmen ketiga adalah Quality characteristics, yaitu segmen yang membahas mengenai
kebutuhan-kebutuhan teknis yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
Segmen ini membahas hal-hal yang dibutuhkan dalam proses pemenuhan keinginan
konsumen. Pada House of Quality, segmen
ini terdapat pada bagian atas gambar. Pemenuhan keinginan konsumen pada segmen
ini akan dipenuhi dengan penetapan-penetapan hal-hal berikut : memenuhi standar
mutu pangan, kandungan btp yg diperbolehkan di SNI, kandungan humektan,
ketahanan terhadap mikroorganisme, kandungan zat gizi makro, tahan lama, harga
produksi murah, jumlah takaran saji, kemasan, distribusi, rasa, tekstur, warna,
distribusi, dan ketersediaan di berbagai daerah.
Segmen keempat adalah hubungan antara Demanded Quality dengan Quality Characteristics.Segmen ini
berguna untuk melihat hubungan antara karakteristik yang diinginkan konsumen
dengan karakteristik kualitas dari produsen yang bisa memenuhi keinginan
tersebut. Dalam segmen ini berisi hubungan-hubungan tiap karakteristik konsumen
dan karakteristik kualitas produsen dan ditentukan sesuai kekuatan hubungannya
baik positif ataupun negatif. Contohnya yaitu hubungan antara karakteristik
rasa yang diinginkan konsumen dengan kadar bahan tambahan pangan yang
diizinkan. Kedua karakteristik ini berhubungan erat atau bisa dibilang kuat
karena bahan serta kadar yang digunakan akan sangat mempengaruhi rasa dari
produk yang dihasilkan. Untuk contoh hubungan yang tidak terlalu erat adalah
hubungan antara karakteristik rasa yang diinginkan konsumen dengan kandungan
zat gizi makro pada bihun jagung. Kandungan karbohidrat pada jagung akan
mempengaruhi rasa yang dimiliki produk bihunjagung, tetapi bumbu akan lebih
mempengaruhi dibanding jumlah karbohidrat yang terkandung dalam produk.
Sementara untuk hubungan antar karakteristik yang tidak erat atau lemah
contohnya hubungan antara karakteristik mudah disajikan atau diolah dengan
harga produksi. Kedua karakteristik ini hampir tidak berhubungan sehingga dapat
dianggap sebagai hubungan antar karakteristik yang lemah.
Segmen kelima yang berbentuk seperti
piramida dengan kumpulan dari bentuk segitiga adalah atap, dimana bagian
teratas House of Quality yang
menyatakan korelasi antar karakteristik baik dua karakteristik atau lebih. Contoh
dari korelasi positif yaitu hubungan antara daya simpan bihun jagung dengan
kemasan yang digunakan. Apabila kemasan yang digunakan berkualitas semakin
tinggi, maka daya simpannya pun akan bertahan lebih lama. Sebaliknya daya tahan
yang pendek dimungkinkan oleh pengemasan yang kurang baik dan pemilihan bahan
kemasan yang kurang tepat. Contoh dari korelasi yang bersifat negatif adaah
korelasi antara harga jual dengan takaran saji yang disediakan. Apabila
konsumen menginginkan harga bihun jagung yang murah, maka porsi yang disediakan
produsen akan lebih kecil, sementara porsi bihun jagung yang besar
mengakibatkan harga jual yang ditentukan pun harus lebih mahal agar produsen
tidak mengalami kerugian dalam penjualan produk bihun jagung.
Segmen keenam adalah target yang harus
dicapai untuk pengembangan produk tersebut. Segmen ini didasari dari
karakteristik kualitas yang diinginkan produsen dan tingkat kesulitan dalam
mencapai target tersebut. Segmen ini terdapat pada bagian bawah House of Quality. Target-target yang
harus dicapai pada bihun jagung ini antara lain bihun jagung yang dihasilkan
memenuhi standar SNI dari segi mutu ataupun segi keamanan, bahan tambahan yang
digunakan tidak melebihi batas maksimal yang diperbolehkan atau < 5%,
kandungan humektan maksimal 5% dari total nutrisi bihun jagung, masa simpan
bihun minimal selama 3 minggu dan pertumbuhan maksimal mikroba pada lama
penyimpanan yang sama sebanyak 1 x 104 , memenuhi setidaknya 50%
dari rata-rata kebutuhan kalori harian yang diperlukan oleh tubuh, memenuhi
setidaknya 50% zat gizi makro awal dari jagung, kandungan zat gizi mikro bihun
jagung minimal 33% dari jagung sendiri, harga produksi maksimal 50% dari harga
jual bihun jagung, takaran saji dari bihun jagung minimal 100 gram, rasa dari
bihun jagung tidak boleh memiliki rasa yang kuat (hambar) dan berwarna kuning
serta bertekstur halus dan kenyal hingga mudah digigit, mudah matang pada suhu
yang tidak terlalu tinggi, kemasan dapat melindungi bihun dari semua jenis
kerusakan, tersedia di seluruh daerah di Indonesia dengan waktu distribusi
maksimal 3 hari. Tingkat kesulitan dinilai dengan skala 0-10 dimana semakin
tinggi nilainya maka pencapaiannya semakin sulit.
Penutup
Bihun
jagung memiliki prospek yang baik untuk menggantikan mi gandum maupun bihun beras.
Dengan cara ini impor gandum bisa dikurangi dan ketergantungan beras bisa
ditekan. Segmen pasar utama dari bihun jagung adalah ibu rumah tangga dan
pemilik restoran atau toko snack.Inovasi yang dilakukan pun disesuaikan dengan
segmen pasar.
Berdasarkan
House of Quality dari bihun jagung,
dapat dilihat bahwa konsumen menginginkan produk bihun jagung yang memenuhi
karakteristik tahan lama, mudah disimpan, aman dikonsumsi dalam jangka panjang,
kenyal, penampilan menarik, mudah disajikan, dapat dijadikan makanan utama,
bergizi, dan harganya terjangkau. Dari karakteristik tersebut, keinginan
konsumen berdasarkan prioritas tertingginya adalah bergizi, tahan lama, aman
dikonsumsi dalam jangka waktu panjang, kenyal, harga terjangkau, tersedia di
pasaran, mudah disajikan, mudah disimpan, penampilan menarik, dan dapat
dijadikan makanan utama. Sementara untuk karakteristik yang harus dipenuhi oleh
produsen adalah : memenuhi standar mutu pangan, kandungan btp yg diperbolehkan
di SNI, kandungan humektan, ketahanan terhadap mikroorganisme, kandungan zat
gizi makro, tahan lama, harga produksi murah, jumlah takaran saji, kemasan,
distribusi, rasa, tekstur, warna, distribusi, dan ketersediaan di berbagai
daerah.
Untuk
memenuhi keinginan konsumen dan pemenuhan kualitas dari produsen, maka ada
target-target yang harus dipenuhi oleh produsen dalam proses produksi dan
distribusinya. Target-target yang harus dicapai pada bihun jagung ini antara
lain bihun jagung yang dihasilkan memenuhi standar SNI dari segi mutu ataupun segi
keamanan, bahan tambahan yang digunakan tidak melebihi batas maksimal yang
diperbolehkan atau < 5%, kandungan humektan maksimal 5% dari total nutrisi
bihun jagung, masa simpan bihun minimal selama 3 minggu dan pertumbuhan
maksimal mikroba pada lama penyimpanan yang sama sebanyak 1 x 104 ,
memenuhi setidaknya 50% dari rata-rata kebutuhan kalori harian yang diperlukan
oleh tubuh, memenuhi setidaknya 50% zat gizi makro awal dari jagung, kandungan
zat gizi mikro bihun jagung minimal 33% dari jagung sendiri, harga produksi
maksimal 50% dari harga jual bihun jagung, takaran saji dari bihun jagung
minimal 100 gram, rasa dari bihun jagung tidak boleh memiliki rasa yang kuat
(hambar) dan berwarna kuning serta bertekstur halus dan kenyal hingga mudah
digigit, mudah matang pada suhu yang tidak terlalu tinggi, kemasan dapat
melindungi bihun dari semua jenis kerusakan, tersedia di seluruh daerah di
Indonesia dengan waktu distribusi maksimal 3 hari.
DAFTAR PUSTAKA
Astawan, M. 2002. Membuat Bihun dan Bihun. Penebar Swadaya, Jakarta.
Muhandri,
T., H. Zulkhaiar, Subarna, B. Nurtama. 2012. Komposisi kimia tepung jagung
varietas unggul lokal dan
potensinya untuk pembuatan mi jagung menggunakan ekstruder pencetak. Jurnal Sains Terapan Vol 2(1) : 16-31
Suryaningrat,
LB., Djumarti, Eka R., Indah K. 2010. Aplikasi metode quality function deployment (QFD) untuk peningkatan kualitas produk mi jagung. Agrotek 4 (1) : 8 – 17
Baca juga informasi menarik lainnya:
http://tz.ucweb.com/9_9hFi Inilah Manfaat Sering Memakan Tempe
http://tz.ucweb.com/9_9hF1 Lebih Baik Meminum Air Galon atau Air Rebusan?
http://tz.ucweb.com/9_BJY9 Cara Mudah Mendapatkan Bibir Merah dari Bahan Alami
http://tz.ucweb.com/9_9hEY Gaya Hidup dengan Resiko Terkena Penyakit Impotensi
Comments
Post a Comment