PENYIMPANAN BUAH JAMBU BIJI MERAH DENGAN PEMBERIAN RADIASI SINAR GAMMA
Buah Jambu adalah
Jambu
biji merah adalah sejenis perdu tinggi pohon dapat mencapai 10 m tumbuh baik di
daerah trofis dan sub trofis. Buah jambu
biji berbentuk bulat atau bulat lonjong dengan kulit buah berwarna hijau saat
muda dan berubah kuning muda mengkilap setelah matang (Akrom et. al, 2014).
Untuk jenis tertentu, kulit buah berwarna hijau berbelang kuning saat muda dan
berubah menjadi kuning belangbelang saat matang. Ada pula yang berkulit merah
saat muda dan merah tua saat tua. Aroma buah biasanya beraroma harum saat buah
matang. Pada dasarnya plasma nutfah jambu biji dapat di golongkan kedalam tiga
jenis , yaitu terdiri atas : 1. Jambu biji biasa, mempunyai daging buah
berwarna merah, berbiji banyak dan rasanya manis, contoh jambu klutuk atau
jambu biji local. 2. Jambu susu, buahnya berbiji sedikit dan rasanya kurangf
manis. Contoh jambu susu. 3. .Jambu Sukun, buahnya tidak berbiji, ukuran buah
besar-besar, namun rasanya hambar. Contoh jambu apel (Hidayah, 2009) Buah jambu
biji yang berasal dari pohon liar berdiameter antara 3-8 cm, sedangkan pohon
yang di pelihara diameter buahnya mencapai 13 cm dan beratnya mencapai 700 g.
Buahnya mengandung biji-biji kecil yang keras, berkisar antara 153-664 per buah.
Bagian
yang paling penting dari jambu biji adalah buahnya. Buah yang sudah masak selain
enak untuk dikonsumsi juga baik untuk kesehatan, juga mengandung gizi cukup
tinggi. Buah jambu mengandung vitamin A dan vitamin C yang tinggi, dengan kadar
gula 8% (Joseph, 2011). Jambu biji mempunyai rasa dan aroma yang khas
disebabkan oleh senyawa eugenol. dan komposisinya lengkap seperti pada tabel 1.
Jambu
biji merupakan salah satu komoditas yang mudah rusak, sehingga hanya dapat
bertahan beberapa hari saja pada suhu kamar tanpa penanganan yang baik
(Rukmana,1996 dalam Hidayah, 2009). Kerusakan yang muncul akan menurunkan
kualitas buah karena terjadi proses respirasi yang terus berlangsung serta oleh
perlakuan fisis dan biologis (Arkom et.al,
2014). Respirasi adalah suatu proses metabolisme biologis dengan menggunakan
oksigen dalam perombakan senyawa kompleks (seperti karbohidrat, protein dan
lemak) untuk menghasilkan CO2, air dan sejumlah besar elektron-elektron. Pada
umumnya bahan hasil pertanian setelah dipanen masih melakukan proses respirasi
serta metabolisme lain sampai bahan tersebut rusak dan proses kehidupan
berhenti. Adanya aktivitas respirasi pada hasil-hasil pertanian dapat
menyebabkan hasil pertanian menjadi matang dan menjadi tua, proses matangnya
hasil pertanian merupakan perubahan dari warna, aroma, dan tekstur berturut-turut
menuju ke arah hasil pertanian yang dapat dimakan/dapat digunakan dan
memberikan hasil sebaik-baiknya. Proses menjadi tua (senescence) merupakan
proses secara normal menuju kearah kerusakan sejak lewat masa optimal. Apabila
dilihat dari pola respirasinya jambu biji termasuk kedalam kelompok buah
Klimakterik. Hal tersebut ditunjukan oleh adanya peningkatan respirasi yang
menyolok sesudah dipanen bersamaan dengan saat pemasakan disertai perubahan
warna , cita rasa dan tekstur (Apandi 1984 dalam Hidayah, 2009). Agar buah-buahan
tidak mudah rusak setelah dipanen dan sampai ke konsumen, maka diperlukan
penanganan pasca panen yang baik terutama pada saat penyimpanan (Sari et.al,
2007). Terdapat dua cara penyimpanan yaitu secara alami dan penggunaan sarana-sarana
tertentu. Jenis penyimpanan yang kedua terbagi menjadi empat macam, antara lain
penyimpanan suhu rendah, penggunaan bahan kimia, control atmosfir, dan iradiasi
(Irawati, 2007).. Cara
penyimpanan yang cenderung efektif dilakukan sering digunakan dalam industri pangan
besar yaitu dengan menggunakan iradiasi pangan.
Iradiasi Pangan adalah
Iradiasi
pangan adalah proses penyinaran makanan dengan mengendalikan sumber radiasi
pengion seperti emisi sinar gamma yang dipancarkan oleh radioisotop kobalt-60
dan cesium-137 atau, elektron energi tinggi dan sinar-X yang dihasilkan oleh
mesin sumber. Pengembangan
teknologi nuklir dalam bidang pangan (iradiasi pangan) sudah terbukti dapat
membantu memecahkan berbagai masalah sanitasi pada bahan pangan. Contoh
aplikasi iradiasi nuklir pada pangan antara lain untuk peningkatan daya awet,
keamanan pangan, dan sterilisasi bahan pangan tertentu. Penggunaan iradiasi
sebagai teknik pelestarian tidak akan menyelesaikan semua masalah kerugian
makanan pascapanen, tetapi dapat memberikan peran penting dalam mengurangi
kerugian dan mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia (Akrom et al,
2014). Dosis yang digunakan pada produk pangan memiliki batasan tertentu.
Umumnya Dosis radiasi yang diggunakan dalam pengggunaan di bahan pangan
maksimal adalah 10 Kgy (Lee, 2004). Bergantung pada dosis radiasi yang diserap,
berbagai efek dapat dicapai seperti kerugian penyimpanan berkurang, umur simpan
semakin panjang dan juga keamanan makanan dari mikrobiologi serta parasitologi
ditingkatkan (Farkas, 2006 dalam Akrom, 2014). Proses radiasi juga sangat
berguna dalam memecahkan berbagai permasalahan pertanian, seperti penanganan
pasca panen (menekan perkecambahan dan kontaminasi) (Andress, 1994 dalam
Zanzibar dan Dede, 2014 ). Iradiasi terhadap bahan pangan dalam kemasan, baik
dalam bentuk segar, beku, kering maupun olahan atau siap santap bertujuan
menurunkan populasi atau bahkan membunuh seluruh pertumbuhan mikroorganisme
yang tidak dikehendaki (Irawati, 2007). Sumber yang digunakan dalam radiasi
umumnya menggunakan tiga sumber yaitu sinar gamma, high-energy electron, dan
dengan menggunakan X- Ray. Karakteristik
utama dari radiasi sinar gamma adalah memiliki kekuatan penetrasi yang tinggi,
yang membungkinkan digunakan untuk perlakuan pada bahan pangan yang berjumlah
banyak (Lee, 2004). Kemudian high-energy electron memiliki kelebihan dimana
ketika tidak dalam proses penggunaan alat dapat dimatikan, sehingga tidak
menimbulkan cemaran radiasi. Namun tipe ini memiliki kelemahan dimana penetrasi
elektron pada bahan tidak begitu dalam (Lee, 2004). Tipe X-ray sering digunakan
dalam rumah sakit sebagai proses sterilisasi dan tidak digunakan dalam bidang
pangan karena kurang efektif.
Sinar gamma merupakan bagian dari
spektrum elektromagnetik yang tidak menyebabkan terbentuknya reaksi inti
(Murrary,1990 dalam Irawati, 2007). Pada
spektrum elektronik, sinar gamma memiliki panjang gelombang pendek, sebagaimana
pada sinar ultra violet dan gelombang mikro. Semakin pendek panjang gelombang,
maka daya tembusnya terhadap produk yang diradiasi akan semakin tinggi. Iradiasi
yang diberikan dengan sinar gamma tidak akan mengubah bahan yang diiradiasi
memproduksi netron, yaitu partikel subatomik yang menjadi penyebab bahan yang
disinari menjadi radioaktif. Proses ionisasi akan terjadi apabila sinar gamma yang
dipancarkan diserap oleh molekul bahan yang disinari melalui interaksi dengan
air dan molekul lain (Irawati, 2007). Proses iradiasi dengan sinar gamma membutuhkan
60Co dan 137Cs sebagai sumber radiasi pemancar sinar gamma. Energi sinar gamma
yang dihasilkan oleh 60Co adalah sebesar 1,33 MeV sedangkan yang berasal dari
137Cs adalah sebesar 0,66 MeV.sehingga berdasarkan batasan energi sumber
radiasi, maka penggunaan kedua jenis radionuklida tersebut tidak menimbulkan
imbas radioaktif pada bahan pangan yang diiradiasi (Irawati, 2007).
Pengawetan Jambu Biji
Merah dengan Pemberian Radiasi
Metode yang dilakukan
dalam radiasi merupakan salah satu metode non-thermal dengan cara bahan pangan
dalam hal ini adalah buah jambu ditembakan dengan sinnar – gamma dengan
intensitas tertentu untuk membunuh mikroba yang berada dalam buah sehingga buah
dapat disimpan lebih lama dalam kondisi bersih dan kering. Dosis radiasi adalah
jumlah energi radiasi yang diserap ke dalam bahan pangan dan merupakan faktor
kritis pada iradiasi pangan. Seringkali
untuk tiap jenis pangan diperlukan dosis khusus untuk memperoleh hasil yang
diinginkan. Jika jumlah radiasi yang digunakan kurang dari dosis yang
diperlukan, efek yang diinginkan tidak akan tercapai. Sebaliknya jika dosis
berlebihan, pangan mungkin akan rusak sehingga tidak dapat diterima konsumen.
Dosis
Pemberian Radiasi
Besarnya dosis iradiasi yang
diperlukan untuk mengawetkan suatu produk sangat tergantung pada jumlah
kontaminasi awal mikroba (bioburden) yang terdapat pada produk yang akan
disterilkan. Semakin sedikit bioburden suatu produk, semakin kecil dosis
iradiasi yang diperlukan untuk mensterilkan produk tersebut, karena pemberian
dosis iradiasi yang berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan pada produk. Oleh
karena itu, diperlukan dosis yang tepat untuk mendapatkan produk yang steril
sekaligus meminimalkan kerusakan yang mungkin terjadi pada suatu produk. Dalam penerapannya menggunakan proses
radiasi, terdapat beberapa batasan yang
harus dilakukan agar hasilnya dapat aman dan sesuai dengan yang diharapkan.
Jika tidak ditangani dengan benar, ternapat efek kimia dalam buah yang dapat
merusak dan menjadi toxic bagi manusia. Hasil penelitian mengenai efek kimia
iradiasi pada berbagai macam bahan pangan menunjukkan pada hasil iradiasi (1 –
5 kGy) belum pernah ditemukan adanya senyawa yang toksik. Pengawetan makanan dengan menggunakan
iradiasi sudah terjamin keamanannya jika tidak melebihi dosis yang sudah
ditetapkan, sebagaimana yang telah direkomendasikan oleh FAO-WHO-IAEA pada
bulan november 1980. Rekomendasi tersebut
menyatakan bahwa semua bahan pangan yang diiradiasi tidak melebihi dosis 10 kGy
aman untuk dapat dikonsumsi oleh manusia. Berikut ini merupakan tabel penerapan
dosis dalam berbagai penerapan irradiasi di bidang pangan
Tabel
2.
Penerapan dosis dalam berbagai penerapan irradiasi pangan
Tujuan
|
Dosis (kGy)
|
Produk
|
Dosis rendah (s/d 1 KGy)
Pencegahan pertunasan
Pembasmian serangga dan parasit
Perlambatan proses fisiologis
|
0,05 – 0,15
0,15 – 0,50
0,50 – 1,00
|
Kentang, bawang putih, bawang bombay, jahe,
Buah dan sayur segar
|
Dosis sedang (1- 10 kGy)
Perpanjangan masa simpan
Pembasmian mikroorganisme perusak dan patogen
Perbaikan sifat teknologi pangan
|
1,00 – 3,00
1,00 – 7,00
2,00 – 7,00
|
Ikan, arbei segar
Hasil laut segar dan beku, daging unggas segar/beku
Anggur(meningkatkan sari), sayuran kering
(mengurangi waktu pemasakan)
|
Dosis tinggi1 (10 – 50 kGy)
Pensterilan industri
Pensterilan bahan tambahan makanan tertentu dan
komponennya
|
10 – 50
|
Daging, daging unggas, hasil laut, makanan siap
hidang, makanan steril
|
Sumber:
P.Kurstadt dan F. Fraser,1994 dalam Sari et.al, 2007
Berdasarkan table
tersebut dapat diketahui bahwa dosis radiasi yang tepat pada buah-buahan
termasuk buah jambu biji merah, adalah pada dosis sedang sehingga dapat
memperpanjang masa simpan dari buah jambu biji merah.
Metode
Iradiasi Jambu Biji Merah
Proses
iradiasi pada jambu biji merah dapat digunakan Iradiator Panoramik Serbaguna
(IRPASENA) dengan sumber radiasi gamma Co-60, aktivitas radioaktif 18.003,683
Ci, dan laju dosis 0,73771 kGy/jam. Buah jambu biji merah kemudian diiradiasi
pada dosis sedang untuk memperpanjang masa simpan. Pada saat radiasi sinar
gamma diberikan pada buah jambu biji, partikel foton yang berasal dari sinar
gamma dengan energi berkecukupan menabrak sebuah molekul dan melontarkan
elektron sehingga terbentuk pasangan ion (ionisasi). Proses ionisasi ini
menyebabkan karakteristik fisik dan fungsi dari molekul sel akan berubah. DNA
terlibat dalam semua proses metabolik dan klonogenik sel. Ionisasi pada DNA
akan menghasilkan amplifiasi biologik. Radiasi menghasilkan spesi kimia yang
sangat aktif dalam makanan yang bereaksi dengan DNA. Radiasi pengion memiliki
energi yang cukup untuk menghilangkan elektron dari atom untuk membentuk ion
atau radikal bebas. Elektron bebas akan menumbuk ikatan kimia dalam molekul DNA
mikroba, sehingga akan memutus ikatan
tersebut yang menyebabkan mikroba mati. Selama proses iradiasi, bahan makanan
tersebut akan menyerap energi radiasi. Radiasi akan memecah ikatan kimia pada
DNA dari mikroba atau serangga kontaminan. Sehingga organisme kontaminan tidak
mampu memperbaiki DNA-nya yang rusak, akibatnya pertumbuhannya akan terhamba.
Terhambatnya pertumbuhan mikroba akan menghambat proses metabolisme pada bahan
pangan. Dengan demikian proses pematangan atau pembusukan akan berjalan
melambat.
Gambar
1.
Proses pemecahan ikatan pada kromosom atau DNA.
Manfaat Iradiasi Jambu Biji Merah
Pemberian
Iradiasi mampu memperpanjang masa simpan akibat mikroba penyebab kebusukan yang
telah mati. Selain itu Hasil penelitian dari Zhaoxin Lu et al. (2004) dalam
Sari et.al, (2007) melaporkan bahawa iradiasi mampu menurunkan jumlah E. coli,
polifenol oksidan dan laju pernapasan sampel terhambat dan lebih kecil dari yang
tidak teriradiasi serta waktu simpan dapat diperpanjang 3-6 hari dan kualitas
tetap terjaga setelah disimpan 9 hari. Pengurangan massa pada sampel yang
diradiasi berjalan lebih lambat dibandingkan pada sampel kontrol. Hal ini
menyatakan bahwa radiasi gamma mampu memperlambat proses fiioligis buah jambu
biji merah selama masa penyimpanan dibandingkan dengan tanpa diradiasi. Karena
proses respirasi buah terhambat, maka komponen massa yang menguap atau hilang
menjadi semakin sedikit. Dengan kata lain, pengurangan massa atau penyusutan
bobot menjadi lebih kecil.
Kerugian Iradiasi Jambu Biji Merah
Apabila
dosis radiasi yang diberikan pada buah jambu melebihi batas maka dapat
berpengaruh terhadap kesehatan orang yang mengkonsumsi akibat cemaran dari
radiasi tersebut. Buah iradiasi akan mengalami penurunan sedikit kandungan
gula, namun penurunan yang utama adalah glukosa dan sukrosa. Penurunan ini
dapat disebabkan stress dalam buah yang dihasilkan oleh perlakuan iradiasi,
namun radiasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kadar gula produk. Iradiasi
dapat memecah berat high-molecular karbohidrat menjadi ukuran yang menjadi
lebih kecil. Pecahnya material dinding sel misalnya pectin. Kemudian komponen
lainnya seperti asam amino essensial, asam lemak essensial, dan mineral tidak
terpengaruh, meskipun beberapa vitamin c dan vitamin b1 sedikit hilang.
Comments
Post a Comment